PDL ( Pembelajaran Daring atau Luring): Mana Lebih Nyaman? - Lydia Purba (Akuntansi 2019)
Tahun 2020 lalu kita di gemparkan dengan adanya virus yang berasal dari Negara China yang dengan sangat cepat menyebar ke seluruh Negara di dunia. Hingga badan kesehatan dunia atau WHO menyatakan bahwa wabah virus corona ini ialah pandemi. Pandemi virus corona ini sangat mempengaruhi roda kehidupan di setiap Negara, yang dimana mengakibatkan perputaran kehidupan yang membawa pada perubahan. Mulai dari ekonomi, sosial hingga pendidikan. Dampak yang sangat terasa terjadi pada dunia pendidikan ialah, Kegiatan belajar mengajar tidak sama seperti dulu, di mana biasanya pembelajaran dilakukan secara konvensional dengan mengedepankan interaksi langsung antara dosen dan mahasiswa. Tentu hal ini awalnya terasa asing bagi seluruh mahasiswa. Karena dari yang biasanya kita harus pergi ke kampus pagi-pagi, bertemu dengan teman-teman, mendengarkan penjelasan dari dosen, melakukan kegiatan organisasi seperti: aksi dana dengan berjualan, mengadakan pertemuan divisi dalam organisasi,dan bahkan mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian yang sering dilakukan di kampus. Akan tetapi dengan adanya kasus pandemi ini dunia pendidikan dilakukan dengan cara yang sangat kental dikenal di zaman ini dengan kata pembelajaran daring (dalam jaringan) atau online. Pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Sedangkan luring adalah akronim dari luar jaringan. Luring diartikan sebagai terputus dari jejaring komputer. Dalam konteks pembelajaran, pembelajaran daring ialah metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS). kini kita harus menghadap gadget untuk mendapatkan ilmu dari dosen. Sehingga mahasiswa masih kurang memiliki keinginan dan dorongan untuk berinisiatif belajar sendiri jika melakukan kegiatan pembelajaran daring.
Banyak faktor yang menyebabkan pembelajaran daring kurang efektif baik dari sisi dosen maupun mahasiswa. Seperti, bagi dosen yang sudah lanjut usia dipaksa harus berlari menyesuaikan diri dengan cara baru tersebut. Walaupun tampak kesusahan, mereka harus siap untuk ikut perubahan tersebut. Tentu saja akan seru sekali jadinya karena pembelajaran daring di samping diperlukan kemampuan mengoperasionalkan jaringan dengan perangkatnya, juga harus dibekali pengetahuan daring. yang menjadi persoalan bagi dosen yaitu pengetahuan daring sendiri belum menjadi bahan baku pembelajaran selama ini. Akhirnya, para dosen menemukan tampilan pembelajaran daring yang bisa dibilang unik. Ada dosen yang merekam mengajar berhadapan dengan bangku-bangku kosong, ada yang merekam melalui smartphone, mengajar lewat aplikasi whatsapp kemudian rekaman tadi dibagikan di grup kelas, ada yang mengirim tugas lewat whatsapp dan adapula meminta jawaban lewat whatsapp, ada dosen yang menggunakan aplikasi seperti zoom dan google meet dan ada juga dosen yang hanya mengajar menggunakan google classrom.
Dari sisi Mahasiswa, ada beberapa faktor yang menyebabkan pembelajaran daring kurang efektif dan efisien, Seperti :
Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang belum siap mendukung pembelajaran jarak jauh. Contoh sederhananya hal ini disebabkan di Indonesia fasilitas internet belum mencakup seluruh wilayah di Indonesia khususnya wilayah 3T (Terdepan,Terpencil dan Tertinggal).
Transfer pengetahuan yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar oleh dosen kepada mahasiswa yang dilakukan secara daring tidak berjalan sebagaimana mestinya. Misalnya mahasiswa hanya melakukan presensi kehadiran saja tanpa melakukan interaksi kepada dosen. Mereka bahkan mengaktifkan camera pada saat meet namun membuka smartphone dan melirik-lirik media sosial, sehingga tidak mengutamakan proses belajar yang sedang berlangsung. Ada juga dosen yang hanya menyampaikan materi pembelajaran hanya berupa bahan ajar dalam bentuk dokumen tanpa adanya penjelasan secara mendalam.
Melalui pembelajaran daring berdampak kurangnya pengawasan terhadap mahasiswa dikarenakan tidak ada interaksi secara langsung. Contohnya: Ketika Ujian banyak mahasiswa yang tidak menjujung integritas, mahasiswa lebih mudah menyontek dengan menyalin jawaban temannya atau mencari sumber dari google.
Pembiayaan pembelajaran yang membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk melaksanakan proses belajar-mengajar seperti biaya pembelian kuota internet dan pembelian perangkat komputer/laptop.
Meskipun demikian, pembelajaran secara daring tidak selalu menimbulkan efek negatif dalam proses belajar-mengajar, sebagian mahasiswa bahkan mengakui bahwa pembelajaran daring lebih efisien dalam menyerap ilmu yang di sampaikan oleh Bapak/Ibu dosen. Sejak pembelajaran daring banyak pula mahasiswa dapat melatih softskill mengikuti course online, mengikuti perlombaan yang dilaksanakan secara daring. Bahkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia memberikan kebijakan yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa mahasiswi Indonesia untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat untuk terjun ke dunia kerja kelak. Program dari kebijakan tersebut adalah Kampus Merdeka. Meskipun kita melaksanakan kegiatan proses belajar daring namun kita tetap dapat mengisi diri kita dan mengembangkan keahlian kita.
Dari sisi pembelajaran luring (luar jaringan) memang menuntut kita untuk memiliki manajemen waktu yang baik. Kita di tuntut untuk tepat waktu sampai di kampus kita masing-masing. Belajar secara offline dapat membuat kita lebih fokus pada saat belajar karena tidak ada hal lain yang menjadi distraksi kita. Tentu saja berbanding terbalik dengan pembelajaran daring, kita tidak akan menemukan kesulitan serupa pada saat tengah belajar offline. Dalam pembelajaran tatap muka secara langsung, dosen juga dapat lebih mudah mengawasi semua mahasiswa dan memastikan agar setiap mahasiswa menerima pelajaran dengan baik. Dalam hal ini, kelas offline memiliki kelebihan pada proses belajar mengajar. Walau sebenarnya, hal ini dapat secara mudah berimbang dengan kelas online jika dosen yang menerangkan kompetensi yang sama baiknya, serta secara mudah dapat membangun koneksi dengan mahasiswa.
Lalu kelas mana yang harus dipilih? Kedua metode pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun bagi saya, pembelajaran daring sangat efisien. Saya tidak hanya berpatokan untuk kuliah di satu Universitas saja. Saya dapat mengisi diri dari kampus-kampus lain dikarenakan pembelajaran daring. Untuk pembiayaan selama proses belajar juga bagi saya tidak seberat luring dimana saya harus mengeluarkan ongkos yang banyak untuk transportasi saya. Dan juga sejak pembelajaran daring pemerinta memberikan subsidi berupa kuota belajar yang dapat saya gunakan sejak pembelajaran daring. Untuk itu saya harapkan kepada para pembaca baik luring maupun daring mari kita tetap semangat dan tetap mengisi diri kita. Pastikan kita menjadi mahasiwa yang kreatif dan up to date. HIDUP MAHASISWA!
Komentar
Posting Komentar