Resume Diskusi Online : "Menuju Bonus Demografi Dibayangi Resesi"


 
      Diskusi dengan judul Menuju Bonus Demografi Dibayangi Resesi adalah diskusi ketiga yang diselenggarakan oleh Campus Concern FEB USU di semester B. Kegiatan ini diadakan pada hari Jumat, 30 Oktober 2020 via Zoom Meeting. Adapun diskusi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang resesi ekonomi dan bonus demografi, memotivasi peserta diskusi (AKK) agar mampu mempersiapkan diri menghadapi tantangan bonus demografi, dan memotivasi peserta diskusi (AKK) untuk mengemukakan pendapat dalam forum.

Diskusi ini dimulai pada pukul 19:00 sampai 20:30. Narasumber dalam diskusi ini adalah Marolop Alfred Nainggolan, MM (pengamat ekonomi dan pasar modal), alumni Manajemen USU angkatan 1999. Moderator ialah Alan Michael Hutagalung, mahasiswa Ekonomi Pembangunan angkatan 2017.

            Lebih lanjut narasumber mengambil topik “Bonus Demografi Dibayangi Resesi”. Ada dua hal yang perlu yaitu penelaahan dan terminologi resesi dan bonus demografi. Lembaga research di Amerika mendefinisikan resesi sebagai periode puncak menuju ke bawah atau akhir dari booming menuju kemunduran ekonomi. Resesi bersifat menyeluruh dan menyebar ke seluruh unit-unit ekonomi dengan menggunakan GDP/GNP  sebagai pengukurnya.

Kondisi ekonomi disebut resesi apabila terjadi penurunan dua kali minimal dua kuartal berturut-turut (ini merupakan konsensus umum yang digunakan berdasarkan terbitan New York Times). Ekonomi Indonesia disebut tidak berkontraksi/resesi berdasarkan PDB Kuartal kedua. PDB kuartal kedua tahun ini lebih rendah dari kuartal kedua tahun 2019. Apabila kuartal ketiga juga lebih rendah maka Indonesia dapat disebut resesi/ ekonomi berkontraksi.

Terminologi resesi apabila PDB dua kuartal berturut-turut menurun. Pertumbuhan ekonomi full year Indonesia bila nanti di kuartal ketiga turun maka Indonesia sudah pasti akan resesi namun jika resultnya positif maka Indonesia tidak dikategorikan resesi. Pertimbangan besar adalah substansi sekecil apapun perkembangannya dalam setiap kuartalan. Berdasarkan data, tidak semua sektor mengalami penurunan di masa pandemi saat sebagian besar sektor lain menurun. Struktur terbesar PDB tahun ini adalah konsumsi rumah tangga sehingga pemerintah menggunakan konsumsi rumah tangga untuk mendorong ekonomi.

Beberapa Negara seperti Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa menyimpulkan bahwa Covid adalah penyebab krisis terbesar bagi ekonomi mereka sementara untuk Indonesia, krisis tahun 1997-1998 masih lebih besar dari masa Covid 19 di tahun ini. Hampir setiap Negara turun ekonominya seperti India, Jerman, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Jepang. Historis resesi Indonesia di tahun 1998 pada kuartal pertama mengalami kontraksi hingga semakin dalam pada kuartal terakhir.

 Di tahun 2020 ini, Bappenas memperkirakan angka kemiskinan akan meningkat di Indonesia sekitar 10,2 % dari total populasi di Indonesia. Jadi resesi terbesar Indonesia pada tahun 1998 berlangsung selama satu tahun lamanya. Pemerintah membenahi perbankan terlebih dahulu kemudian konsumsi masyarakat dan peningkatan belanja pemerintah agar dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Penanganan resesi di Indonesia di tahun 2020 adalah memompa likuiditas di pasar dan meningkatkan konsumsi. Metode di semua Negara hampir sama. Mereka melakukan stimulus untuk pemulihan ekonomi selama Covid.

            Selanjutnya, bonus demografi mengakibatkan supply tenaga kerja atau penduduk produksi lebih besar dari tahun sebelumnya atau semakin besar sehingga ekonomi juga turut meningkat dan sebaliknya. Puncak Bonus Demografi adalah 2024-2029 dan pada tahun 2040 bonus demografi akan menurun kembali. Dalam 5 tahun terakhir adalah pemberlakuan pasar bebas ASEAN artinya tidak ada lagi perbedaan mencari pekerjaan berdasarkan tempat. Jadi, dari sisi persaingan para angkatan kerja Indonesia akan semakin sulit karena besarnya persaingan dengan Negara lain.

Selanjutnya adalah revolusi industry 4.0 yang berbasis teknologi turut mengubah sistem dalam pasar kerja dan hubungan kerja. Misalnya adalah digitalisasi model bisnis yang mendorong perubahan status tenaga kerja menjadi mitra misalnya transportasi online (Gojek). Isu terakhir adalah penurunan ekonomi akibat Covid 19 akibat penurunan ekonomi global yang menyebabkan investasi turun, pendapatan dan lapangan kerja menurun dan peningkatan PHK. 

Berdasarkan data, landscape tenaga kerja Indonesia, mengatakan bahwa produktifitas tenaga kerja Indonesia lebih rendah dari negara-negara lain. Cost naik namun outputnya rendah sehingga produktifitas rendah. Indonesia masih dibawah Vietnam, Singapura dan Thailand. Angka PHK akan sekitar 3,5 juta ditambah tahun depan sekitar 2,8 juta sehingga jumlah pencari kerja semakin besar namun lapangan kerja menurun.

             Kesimpulannya adalah resesi dari Covid 19 bersifat temporary. Berdasarkan proyeksi ekonomi IMF, OECD, dan World Bank memiliki proses recovery yang cepat di 2021 dan cukup make sense sehingga sistem keuangan tidak bermasalah apabila Covid selesai dengan ditandai oleh adanya vaksin. Dalam teori siklus, resesi adalah suatu proses dimana ekonomi kembali memulai pertumbuhan yang tinggi. Selanjutnya adalah perlunya pembukaan lapangan kerja yang masif (membuka di atas 2,5 juta) lapangan kerja pertahun dengan peningkatan investasi yang tinggi baik domestic maupun asing. Sistem enterpreneur sebagai penyedia lapangan kerja juga bagus. Yang terakhir adalah percepatan program peningkatan kualitas SDM.  



             Pada sesi Tanya jawab Elfri (Manajemen 2018) bertanya mengenai peran mahasiswa membantu pertumbuhan ekonomi. Dijawab oleh Abangda Alfred Nainggolan mengatakan bahwa peran mahasiswa tak dapat diharapkan kontribusi lebih untuk meningkatkan konsumsi karena belum memiliki pendapatan, jadi mahasiswa tidak boleh terbebani berlebihan untuk meningkatkan konsumsi. Menjawab kembali pertanyaan Elfri (Manajemen 2018) tentang saran dalam memulai investasi ke pasar modal, narasumber menjelaskan bahwa saving sangat penting untuk diterapkan mahasiswa dengan cara penyesuaian consumption dengan pendapatan yang dimulai dengan perencanaan keuangan.

Selanjutnya, pertanyaan dari Devani (Akuntansi 2018) menyatakan bahwa tingkat  resesi Indonesia masih lebih baik dari Negara lain, artinya Indonesia diyakini masih lebih bisa survive dibanding negara lain. Beliau penasaran apakah kita harus berbangga atas hal ini atau sebalknya? Narasumber menjelaskan bahwa Indonesia patut untuk berbangga diri atas posisi itu karena tingkat resesinya lebih ringan dari Negara lain, misal Malaysia dan Prancis.

Moderator (Alan) juga menanyakan apakah ekonomi Indonesia yang masih bertahan juga turut dipengaruhi UKM atau ada faktor lain dan mengapa kita masih optimis bahwa kita masih lebih aman dari Negara lain? Dijawab oleh narasumber karena kondisi perbankan dan keuangan masih solid dan dari sisi konsumsi masih aman baik perorangan dan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang masih kuat.

Selanjutnya Dwi Anandasari (Akuntansi 2018) bertanya bentuk seperti apa yang berhubungan dengan penurunan ekonomi dan mengapa investasi mempengaruhi peningkatan dan penurunan ekonomi? Narasumber mengatakan, “berdasarkan rumus CIGS mengatakan bahwa investment contohnya adalah Hyundai yang akan membuat usaha dan membangu kantor di Indonesia sebagian pendapatan masuk kedalam PDB sehingga turut meningkatkan pertumbuhan ekonominya namun investasi juga berkurang bila pemerintah membelanjakan untuk pembangunan infrastruktur sehinggan ekonomi turut menurun”.

 Pertanyaan Kaleb (Manajemen 2019) menanyakan kaitan ekonomi Indonesia dengan situasi pilkada.  dijawab oleh narasumber bahwa dampaknya tidak langsung namun signifikan. Ditakutkan apabila pilkada dilangsungkan akan meningkatkan kasus Covid 19 sehingga pemulihan ekonomi melamba.

Pertanyaan Devani (Akuntansi 2018) tentang utang dapat mempengaruhi situasi Indonesia dijawab bahwa mengharapkan investor luar atau masyarakat membeli surat utang BI dilakukan untuk menganggarkan defisit pembiayaan. Rido (EP 2016) bertanya apa amunisi yang dilakukan pemerintah sehingga narasumber yakin akan kemajuan ekonomi kedepan? dijawab pembicara bahwa proses recovery durasi resesi hanya berlangsung singkat dan fokus .

            Closing statement dari narasumber adalah sebagai cendekiawan, ketika berbicara resesi kita siap dengan mitigasi dan solusi karena resesi bersifat historis selain itu kita juga harus betul-betul mempersiapkan kualitas karena persaingan sangat tinggi karena pasar tenaga kerja semakin luas dan setidaknya berkomitmen untuk membaca buku setidaknya satu jam setiap hari karena akan sangat bermanfaat sekali ke depan dan meningkatkan value added tentang ekonomi ke depan.

 Diskusi pun ditutup oleh moderator dengan doa. Adapun sasaran kuantitas yang diharapkan adalah 38 AKK dan yang hadir sebanyak 43 peserta yang seluruhnya adalah AKK sehingga hasil yang diharapkan secara kuantitas tercapai. Adapaun sasaran kualitas ketiganya sudah tercapai karena seluruh AKK menjadi paham tentang resesi dan bonus demografi serta termotivasi untuk mempersiapkan diri menyambut bonus demografi yang dibayangi resesi. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Me-Manage Keuangan Sendiri? Hayuuuk Lah Pasti Bisa - Emia Sari Banjarnahor (Akuntansi 2018)

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?